Minggu, 22 Mei 2011

Teori Pertukaran Sosial

Analisa mengenai hubungan sosial menurut cost and reward merupakan satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran memusatkan perhatian ditingkat analisa mikro, contoh yang kedua dalam teori modern. Teori pertukaran cocok dengan tingkat kenyataan sosial antar pribadi (interpersonal). Tokoh teori pertukaran diantaranya Homans (berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya), Blau (berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi ditingkat mikro ke struktur sosial yang lebih besar/tingkat makro, singkatnya menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar), Thibaut dan Kelley (memusatkan perhatian pada perbedaan yang kontras antara pola-pola pertukaran dalam suatu kelompok duaan (dyad) dan kelompok yang lebih besar).
Teori pertukaran melihat perilaku nyata, bukan proses-proses subjektif. Homans mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik. Keadaan-keadaan internal (perasaan dan sikap subjektif dll) harus didefinisikan dalam istilah-istilah perilaku untuk keperluan pengukuran empiris.

Penerapan dan Manfaat Teori Pertukaran Sosial
Manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi tergantung kepada manusia lain dan atau lingkungan sekitarnya. Dalam sebuah masyarakat, terdapat individu-individu yang saling memiliki tujuan-tujuan yang bersifat individual dalam rangka mengejar kepentingan pribadinya. Tekanan pada pendekatan yang bersifat individualistik ini sesuai dengan tradisi unilitarianisme, suatu tradisi yang berkembang di Inggris. Dimana individu bertindak untuk menghindari penderitaan dan memaksimalkan kesenangan. Hubungan antar individu-individu dikenal dengan adanya interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhannya dalam sebuah hubungan yang bersifat pertukaran. Sehingga, hasil dari kumpulan (agregation) sejumlah individu-individu yang berinteraksi dan melakukan pertukaran tersebut menghasilkan pertukaran sosial dalam sebuah struktur sosial.
Karena masing-masing individu memiliki kepentingan pribadi dan berhubungan (melalui adanya interaksi) dengan individu lain, maka terjadilah adanya interaksi individu-individu, dimana masing-masing mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dan menghasilkan pertukaran. Dalam pertukaran terjadi interaksi antar individu-individu dalam sebuah hubungan yang bersifat timbal balik, karena masing-masing berusaha untuk mengejar kebutuhannya sendiri serta kepentingannya secara rasional. Hasil dari kumpulan (agregation) sejumlah individu-individu yang bersifat timbal balik tersebut menghasilkan pertukaran sosial dalam sebuah struktur sosial. Pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.
Asumsinya bahwa, transaksi-transaksi pertukaran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi.
Sehingga, Teori Pertukaran digunakan untuk mencermati pada tingkat analisa mikro, khususnya cocok dengan tingkat kenyataan sosial antar pribadi (interpersonal). Ciri khas teori pertukaran adalah adanya hubungan sosial menurut atau membutuhkan biaya/pengorbanan (cost) dan penghargaan/imbalan (reward). Teori pertukaran berlawanan dengan Teori Interaksi Simbol. Teori pertukaran dilihat dari perilaku nyata, sedangkan teori interaksi simbol berdasarkan proses-proses subyektif.

Contoh Kasus dan Solusinya Teori Pertukaran Sosial
Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.
Sebuah ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.

Sumber Pustaka
Johnson, Doyle Paul. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II; Diindonesiakan oleh Robert M.Z. Lawang. Jakarta : Gramedia
Robbins, Susan P., Pranab Chatterjee, Edward R. Canda. (2006). Contemporary Human Behavior Theory; Critical Perspective for Social Work; Second Edition. United States of America : Pearson Education Inc.
Wagiyo, dkk. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Universitas Terbuka
Zastrow, Charles H., Karen K. Kirst-Ashman. (2004). Understanding Human Behavior And The Sosial Environment; Sixth Edition. United State of America : Thomson Learning, Inc.
http://itajanganberhenti.blogspot.com/2010/10/exchange-theory.html (akses 281010)

Tidak ada komentar: