Manusia, sebagai agen perubahan, pada masa kini dan masa yang akan datang, mau tidak mau suka atau tidak suka, akan ditantang oleh isu-isu permasalahan perubahan lingkungan yang harus dihadapi. Berbicara tentang masalah Perubahan Iklim (Climate Change), Pemanasan Global (Global Warming) dan Efek Gas Rumah Kaca tidak terlepas kaitan dimana manusia sangat berperan dalam hal ini. Permasalahan ini telah menjadi isu global yang saat ini menjadi perhatian sangat serius dari berbagai kalangan dan telah dibahas di berbagai negara dalam upaya mengurangi dampaknya terhadap kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Manusia dengan lingkungan alam pada dasarnya saling berkaitan. Manusia membutuhkan alam sebagai tempat hidup dan alam pun membutuhkan manusia agar tetap lestari.
Pemanasan Global adalah indikasi naiknya suhu muka bumi secara global (meluas dalam radius ribuan kilometer) terhadap normal/rata-rata catatan pada kurun waktu standard (ukuran Badan Meteorologi Dunia/WMO: minimal 30 tahun). Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dsb.nya) secara global terhadap normalnya. Iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara (cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan) yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dsb.nya). (Paulus Agus Winarso dalam http://www.drn.go.id/download/Paparan-PemanasanGlobal(Paulus).pdf). Sedangkan dalam wikipedia, efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
Komposisi kimiawi dari atmosfer sedang mengalami perubahan sejalan dengan penambahan gas rumah kaca – terutama karbon dioksida, metan dan asam nitrat. Khasiat menyaring panas dari gas tersebut tidak berfungsi.
Energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca pada atmosfer (uap air, karbon dioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca natural ini maka suhu akan lebih rendah dari yang ada sekarang dan kehidupan seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi gas rumah kaca menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60°F/15°C.
Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer bertambah. Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati 30%, konsentrasi metan lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah 15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi. Mengapa konsentrasi gas rumah kaca bertambah? Para ilmuwan umumnya percaya bahwa pembakaran bahan bakar fosil (misalnya minyak bumi serta olahannya) dan kegiatan manusia lainnya merupakan penyebab utama dari bertambahnya konsentrasi karbon dioksida dan gas rumah kaca.
• Perubahan Iklim merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi dunia di abad 21.
• Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi mutakhir memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia.
• Pemanasan global di masa depan lebih besar dari yang diduga sebelumnya.
Sebagian besar studi tentang perubahan iklim sepakat bahwa sekarang kita menghadapi bertambahnya suhu global yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa perubahan iklim mungkin sudah terjadi sekarang. Pada bulan Desember 1977 dan Desember 2000, Panel Antar Pemerintah Mengenai Perubahan Iklim, badan yang terdiri dari 2000 ilmuwan, mengajukan sejumlah pandangan mengenai realitas sekarang ini:
• Bencana-bencana alam yang lebih sering dan dahsyat seperti gempa bumi, banjir, angin topan, siklon dan kekeringan akan terus terjadi. Bencana badai besar terjadi empat kali lebih besar sejak tahun 1960.
• Suhu global meningkat sekitar 5°C (10°F) sampai abad berikut, tetapi di sejumlah tempat dapat lebih tinggi dari itu. Permukaan es di kutub utara makin tipis.
• Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon, juga menghilangkan kemampuan untuk menyerap karbon. 20% emisi karbon disebabkan oleh tindakan manusia dan memacu perubahan iklim.
• Sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan bermotor di dunia bertambah dari 40 juta menjadi 680 juta; kendaraan bermotor termasuk merupakan produk manusia yang menyebabkan adanya emisi karbon dioksida pada atmosfer.
• Selama 50 tahun kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari sumber energi yang tidak dapat dipulihkan dan telah merusak 50% dari hutan dunia.
Apa yang menyebabkan pemanasan global?
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara. Hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan CFCs. Yang terutama adalah karbon dioksida, umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat terjadinya pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil (minyak bumi, dll). Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil (minyak bumi, dll) dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
Pencegahan perubahan iklim yang merusak membutuhkan tindakan nyata untuk menstabilkan tingkat gas rumah kaca sekarang di udara sesegera mungkin; dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 50%, demikian Panel Antar Pemerintah. Jika tidak melakukan apa-apa maka hal-hal berikut akan membawa dampak yang merusak.
Sejumlah konsekuensi yang terjadi secara global
• Kenaikan permukaan laut yang membawa dampak luas bagi manusia; terutama bagi penduduk yang tinggal di dataran rendah, di daerah pantai yang padat penduduk di banyak negara dan di delta-delta sungai. Negara-negara miskin akan dilanda kekeringan dan banjir. Salah satu perkiraan adalah bahwa sekitar tahun 2020 penduduk dunia terancam bahaya kekeringan dan banjir. Negara-negara miskin akan menderita luar biasa akibat perubahan iklim sebagian karena letak geografisnya dan juga karena kekurangan sumber alam untuk penyesuaian dengan perubahan dan melawan dampaknya.
• Manusia dan spesies lainnya di planet sudah menderita akibat perubahan iklim. Proyeksi ilmiah menunjukkan adanya perluasan dan peningkatan penderitaan, misalnya, tekanan panas, bertambahnya dan berkembangnya serangga yang menyebabkan penyakit tropis baik di utara maupun selatan khatulistiwa. Juga adanya rawan pangan yang makin meningkat.
• Biaya tahunan untuk menangkal pemanasan global dapat mencapai 300 miliar dollar, 50 tahun ke depan jika tidak diambil tidakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Jika pemimpin politik kita dan pembuat kebijaksanaan politik tidak bertindak cepat, dunia ekonomi akan menderita kemunduran serius. Selama dekade lalu bencana alam telah mengeruk dana sebesar 608 milliar dollar.
• Wakil PBB untuk Program Lingkungan Hidup mengemukakan pada Konvensi Kerangka Kerja PBB pada Konferensi Perubahan Iklim ke-7 di Maroko November 2001 bahwa panen makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung dapat merosot sampai 30% pada seratus tahun mendatang akibat pemanasan global. Mereka cemas bahwa para petani akan beralih tempat olahan ke pegunungan yang lebih sejuk, menyebabkan terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan dan terancamnya mutu serta jumlah suplai air. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari rakyat pedesaan di negara berkembang sudah mengalami dan menderita kelaparan dan gizi buruk tersebut.
(Kelompok Kerja Pemanasan Global dari Para Promotor KPKC, 2002)
Protokol Kyoto. Kerjasama internasional pada tahun 1997 di Kyoto Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca (CO2 dan gas-gas lainnya), yang sangat merusak lapisan ozon dan berakibat kepada pemanasan global. Perjanjian ini adalah tindak-lanjut dari Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992, dimana 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Presiden SBY di Sidang Umum PBB New York sekaitan Perjanjian ini, menyatakan bahwa Indonesia akan mengambil peran lebih besar dan lebih aktif untuk komitmen pengurangan emisi karbon dalam kerjasama dengan negara-negara maju seperti AS, Rusia, Jepang, dll terkait bantuan dana dan teknologi. (Hans Midas Simanjuntak, 2007)
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya adalah :
• Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)
• Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis, dll.)
• Mengancam ketersediaan air
• Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan
• Menurunkan produktivitas pertanian
• Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan
• Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati
• Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah pantai
(Armi Susandi, 2008)
Dampak Regional dan Lokal di Indonesia
• Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swa sembada pangan nasional hingga kini tergantung import pangan
• Musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan makin turun salah satu dampak kebakaran lahan dan hutan sering terjadi dan berlanjut dengan pencemaran asap
• Muka air danau khususnya danau Toba makin susut dan mungkin danau/waduk lain di Indonesia
• Konsentrasi es di Puncak Jayawija Papua semakin berkurang, Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor dalam beberapa tahun terakhir, banjir bandang terjadi di Wasior Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat baru-baru ini terjadi
• Kota yang dulunya sejuk kini menjadi hangat (Urban Heat Island), Mulai giatnya banjir pasang (rob) yang cenderung meluas yang terjadi, Maraknya badai lokal atau puting beliung yang meluas di kawasan yang sebelumnya belum atau jarang terjadi
• Suhu perkotaan kian naik (urban heat island) sebagai indikator lanjutan dampak pemanasan dan perubahan lingkungan
(Paulus Agus Winarso dalam http://www.drn.go.id/download/Paparan-PemanasanGlobal(Paulus).pdf)
Jika dikaitkan dengan dinamika perilaku manusia, maka menurut pandangan kami teori sistem merupakan teori yang sangat tepat untuk menganalisa permasalahan kasus ini. Perspektif ekologis, sistem dinamis, deep ecology dan ecofeminisme akan mencoba ‘melihat’ isu global ini terkait dengan perilaku manusia terhadap lingkungan.
Dalam perspektis ekologis konsep yang sangat penting adalah adaptasi, dimana salah satunya adalah adaptasi manusia dengan lingkungan, baik dengan lingkungan alamnya maupun dengan lingkungan sosialnya. Perspektif ekologis pertama kali diperkenalkan oleh Carel B. German. Adaptasi manusia dengan lingkungannya berguna untuk menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi terhadap lingkungan tersebut. Artinya, ketika terjadi perubahan pada lingkungan manusia bisa menyesuaikan dan berusaha menciptakan suatu kondisi lingkungan yang nyaman bagi kelangsungan hidupnya. Ada usaha dan tindakan yang nyata terhadap perubahan lingkungan.
Teori sistem dinamis lebih dikenal dengan teori sistem umum atau singkatnya teori sistem pertama kali dikembangkan oleh Ludwig Von Bertalanffy. Dalam teori ini sebuah sistem dianggap terdiri atas 2 konsep dasar, yaitu objek dan lingkungannya. Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait dan berhubungan untuk melakukan sesuatu. Dalam teori ini ada 3 konsep dalam sistem, yaitu 1) fokal sistem, yaitu sistem itu sendiri; 2) subsistem, yaitu berada di dalam sistem dan lebih kecil dari fokal sistem; dan 3) suprasistem, yaitu yang berada di luar fokal sistem. Istilah suprasistem sering disamakan/diartikan dengan lingkungan. Antara manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan sistem yang saling berhubungan dan dan saling terkait.
Teori deep ecology diperkenalkan oleh Arne Naess. Pendekatan ini digunakan untuk membedakannya dengan shallow ecology (yang berpusat pada manfaat/kegunaan alam untuk manusia) dan ecocentric (adanya tanggung jawab manusia untuk memelihara alam). Deep ecology berfokus pada pandangan akan adanya saling ketergantungan antara manusia dengan ekologi planet secara keseluruhan dan seringkali dikaitkan dengan “gerakan hijau”.
Ekofeminisme memberikan banyak wawasan konseptual dan keadilan sosial dari teori sistem dinamis dan Deep Ecology. Ekofeminisme ini mengandung perasaan, intuisi, empati dan pengertian kontekstual tetap dengan rasionalitas. (Spretnak, 1990). Bahwa ada hubungan antara penindasan terhadap perempuan dan penindasan terhadap alam. Alam sangat erat kaitannya terhadap kehidupan perempuan. Rusaknya alam menyebabkan peluang terhadap perempuan untuk melanjutkan kehidupannya semakin berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi reproduksi perempuan yang dikaitkan dengan fungsi produksinya untuk mempertahankan hidup. Dalam pandangan ekofeminisme, ilmu pengetahuan modern dan banyak diantara pengetahuan/tradisi lokal terlalu bersifat patriarki. Dalam hal ini artinya adalah memberikan fungsi/peran yang lebih untuk menguasai alam kepada manusia, dan laki-laki terhadap perempuan. Laki-laki adalah yang berkuasa secara politis, baik dalam norma sosial juga dalam hubungan bermasyarakat. Ekofeminisme dipengaruhi oleh teori postmodern feminis, kritik penganut ajaran Marx terhadap dominasi, religiusitas dan spiritualitas yang didasarkan kepada alam, dan kebangkitan akar rumput (grass root ) dalam gerakan politik hijau.
Dari teori dan perspektif tersebut yang telah dijelaskan di atas terlihat dengan jelas bahwa manusia dan lingkungan dalam hal ini lingkungan alam saling terkait satu sama lain. Ada keterhubungan di antara keduanya. Dampak dari adanya perubahan lingkungan alam telah kita rasakan. Upaya-upaya pencegahan bisa dilakukan dari hal-hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, betul-betul menghemat pemakaian air bersih untuk keperluan memasak, mandi, mencuci, dsb. Menghemat pemakaian bahan bakar/BBM (pertamax, premium atau solar) untuk kendaraan bermotor, mobil atau sepeda motor. Ganti dengan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti bahan bakar jarak pagar (Jathropa). Kampanye menggunakan sepeda untuk ke sekolah, ke kampus atau tempat pekerjaan, merupakan hal yang sangat dihargai. Hemat pemakaian listrik, lampu-lampu rumah diganti dengan jenis lampu hemat energi, kebiasaan mematikan lampu, dsb. Membuang sampah pada tempatnya, tidak sembarangan, menjadi kebiasaan yang baik dan dikomitmenkan. Dengan membiasakan diri memisahkan jenis sampah basah dan sampah kering. Tujuannya, untuk alternatif pengolahan bio kompos (pupuk organik) dan daur ulang menjadi material baru yang berguna. Mendukung gerakan kebersihan lingkungan rumah, sekolah/kampus, gedung ibadah, tempat pekerjaan dari tumpukan sampah, lancarnya aliran air selokan, aliran kali dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir di bantaran kali hingga ke rumah-rumah warga. Mulai sekarang kita juga dapat bertekad membatasi dan mengurangi penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari plastik seperti tas kresek platik, tas plastik, bekas pembalut, sterioform – kotak pembungkus makanan dll (karena sangat sukar di daur ulang). Juga mengurangi penggunaan tissue basah dan tissue kering, karena dibuat melalui pengurangan/pembabatan pohon atau hutan. Padahal hutan dan pepohonan adalah media efektif untuk menghilangkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah banyak di udara. Menanam pohon baru, memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi adalah cara jitu mengurangi efek rumah kaca, perusakan ozon bumi dan dampak lebih besar dari pemanasan global. Jenis pohon yang bagus untuk ditanam antara lain duwet, buni, menteng, gandaria, mahoni, kemang, lobi-lobi, mangga, jambu, durian, rambutan, kelapa hibrida, dan sawo duren. Kita dapat menghemat pemakaian kertas yang bahan materialnya dari pohon. Juga bisa terlibat dalam upaya pencegahan kepunahan jenis binatang dan tumbuhan, ikut menyuarakan kesadaran akan pentingnya pengenalan alam sekitar, informasi terkait dampak pemanasan global, ledakan populasi dan bahaya bencana karena faktor lingkungan, lewat berbagai media apa saja yang bisa dikerjakan seperti membuat artikel majalah dinding (mading) dan buletin sekolah, dsb. (Hans Midas Simanjuntak, 2007)
Upaya-upaya pembangunan yang dilakukan manusia harus berorientasi pada lingkungan. Pembangunan yang ada jangan hanya asal-asalan serta tidak memperhatikan kerusakan lingkungan. Pembangunan juga tidak boleh hanya berorientasi pada pertumbuhan sementara perusakan lingkungan terus terjadi. Konsep green development, gerakan politik hijau serta green PDRB sudah seharusnya dilakukan. Upaya ini pun harus dilakukan secara berkelanjutan (sustainable). Hal ini diperlukan guna menjaga kelestarian alam agar kehidupan manusia bisa berlanjut di masa yang akan datang. Lingkungan alam yang ada saat ini merupakan titipan dari generasi anak cucu kita. Apa yang kita lakukan saat ini akan berdampak pada kehidupan yang akan datang. Alangkah bijaknya jika kita tetap menjaga kelestarian lingkungan alam agar ke depan generasi yang akan datang bisa menikmati lingkungan alam ini dengan baik pula. Meminjam istilah dari KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), gerakan 3M, memulai dari diri sendiri, memulai dari hal yang kecil dan memulai dari sekarang akan berdampak positif pada kehidupan pada masa yang akan datang.
Sumber Pustaka
Robbins, Susan P., Pranab Chatterjee, Edward R. Canda. (2006). Contemporary Human Behavior Theory; Critical Perspective for Social Work; Second Edition. United States of America : Pearson Education Inc.
http://www.ofm-jpic.org/globalwarming/pdf/indonesian.pdf (akses 09-10-2010)
http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf (akses 09-10-2010)
http://armisusandi.com/articles/journal/Dampak%20Perubahan%20Iklim%20Terhadap%20Ketinggian%20Muka%20Laut%20Banjarmasin.pdf (akses 09-10-2010)
http://www.drn.go.id/download/Paparan-PemanasanGlobal(Paulus).pdf (akses 09-10-2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca (akses 09-10-2010)
http://buletin-narhasem.blogspot.com/2009/09/artikel-usaha-gereja-dalam-pelestarian.html (akses 141010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar