Selasa, 24 Mei 2011

The Secret Admirer

Tiba-tiba ponsel-ku berdering..

Kulihat sebuah nomor asing, nomor yang tidak tersimpan dalam buku telepon di ponsel-ku.

‘Assalamu’alaikum, punteun ini dengan Kang Ahmad...?’ suara perempuan di ujung sana.

‘Wa’alaikum salam. Benar, ini dengan Ahmad. Maaf, siapa ya?’ jawabku

‘Adik kelas Kang. Bisa ketemu ga Kang?’ lanjutnya tanpa menyebut nama menjawab pertanyaanku.

‘Boleh, ada perlu apa ya?’ tanyaku kembali

‘Ada yang perlu saya tanyakan dan diskusikan Kang. Hmm, saya ke kos Kang Ahmad sekarang ya?’ kata suara perempuan tersebut

‘Eh, jangan di kos. Kita ketemuan di gerbang kampus aja ya..?’ jawabku. Saat itu memang sudah sangat sore, sekitar jam empat. Mana mungkin aku menerima tamu yang bukan menjadi muhrim-ku di kos. Apa kata teman-teman kos nanti? Aku tidak mau menimbulkan fitnah yang macam-macam di tempat kos ini.

‘Baiklah Kang, ketemuan di gerbang kampus aja. Setengah jam lagi kita ketemu ya. Saya masih di kampus nih..’ katanya menyetujui usulanku.

Segera bergegas aku menuju ke gerbang kampus. Dari tempas kos ku memang tidak begitu jauh, kurang lebih memakan waktu sekitar 15 menit. Waktu yang sangat cukup mengingat kami janji ketemu setengah jam ke depan. Tidak apa-apa bagi saya untuk menunggu. Sepanjang perjalanan menuju gerbang kampus, dalam hati saya bertanya-tanya, siapa ya perempuan ini? Dia bilang adik kelasku. Ada urusan apa tiba-tiba dia meneleponku? Apakah mungkin urusan bisnis barangkali? Tahu darimana dia nomor ponsel-ku? Sepertinya aku tidak pernah menyebarkan nomor ponsel secara sembarang apalagi memberikan kepada orang-orang yang tidak aku kenal. Rasa penasaran terus menyelimutiku.

Sampai depan gerbang kampus kukirim pesan melalui sms bahwa aku sudah tiba di depan gerbang kampus. Aku bilang padanya bahwa aku menunggu di seberang gerbang kampus di depan pos polisi. Bahkan aku sebutkan pula pakaian yang aku kenakan dan topi yang biasa aku pakai saat itu. Ya, aku memang penggemar topi. Pergi ke luar rumah selalu memakai topi. Biar mudah dikenali dari jauh pikirku.

Sampai waktu yang ditentukan, ternyata perempuan tersebut belum datang. Aku masih tetap menunggu. Setelah beberapa menit dari waktu yang ditentukan, kembali aku sms dia. Menanyakan sudah sampai mana dirinya? Kok sampai sekarang belum muncul juga. Masih ada keperluan lain yang harus kuselesaikan ketimbang menunggu orang yang tidak pasti dan belum tentu aku kenal. Sekian lama menunggu akhirnya aku putuskan untuk kembali ke kos dan berniat akan menyelesaikan urusan lainnya. Saat akan pulang  pun aku masih sempat mengirim sms kepadanya memberitahu bahwa aku tidak bisa menunggu lebih lama karena masih ada keperluan lain yang harus diselesaikan dan pulang ke tempat kos. Setidaknya aku tidak berbuat zhalim karena pulang tidak memberi kabar.

Dalam perjalanan pulang tiba-tiba ada sms masuk ke ponsel-ku. K’ Ahmad, pntn y. Td ad kjadian mnda2k yg mbwt sy tdk bs mnpati janji utk brtemu. Tmn sy tb2 skt n sy hrs mgantarny plg. Kwtr dia knp2 djln Kg. Skrg sy sdh d pangdam. Citra (Kang Ahmad, punteun ya. Tadi ada kejadian mendadak yang membuat saya tidak bisa menepati janji untuk bertemu. Teman saya tiba-tiba sakit dan saya harus mengantarnya pulang. Khawatir dia kenapa-kenapa di jalang Kang. Sekarang saya sudah di pangdam. Citra. pangdam : pangkalan damri, red). Oh, ternyata ada kejadian tersebut. Pantas saja dia sejak tadi tidak membalas beberapa sms yang aku kirim. Citra? Adik kelasku? Siapa ya dia? Sepertinya aku tidak pernah mengenal perempuan bernama Citra di kampus. Yang membuatku penasaran adalah ada urusan apa Citra denganku? Berbagai pikiran melintas dibenakku.

Segera aku balas sms-nya. Ya, gpp. Smg tmnmu lks smbh. Btw, ini Citra yg mn ya? Sbnrny ada perlu apa dg sy? (Iya, tidak apa-apa. Semoga temanmu lekas sembuh. By the way, ini Citra yang mana ya? Sebenarnya ada perlu apa dengan saya?). Kembali kuterima sms dari Citra. Gada papa Kg. Hmm, sbnrny sy ingin ngbrl lbh jauh dgn K’ Ahmad. Sy ingin mgenal Akang lbh dkt. Sy suka Akang. (Tidak ada apa-apa Kang. Hmm, sebenarnya saya ingin ngobrol lebih jauh dengan Kang Ahmad. Saya ingin mengenal Akang lebih dekat. Saya suka Akang).

Masya Allah..terjawab sudah rasa penasaranku. Rupanya ini urusan yang masih samar tadi. Citra dengan urusan cinta. Perempuan ini agresif sekali. Pantas saja dia tiba-tiba ingin menemuiku. Sampai minta bertemu di tempat kos-ku pula. Fiuh, untungnya janji pertemuan tadi batal. Bagaimana jadinya jika pertemuan itu terlaksana? Tidak terbayangkan olehku. Aku abaikan saja sms tersebut dan tidak membalasnya. Menurutku lebih baik tidak perlu ditindaklanjuti karena hal ini sudah di luar prinsip hidup yang aku yakini kebenarannya.

Ahmad namaku. Singkat memang. Banyaknya amanah organisasi mahasiswa di kampus yang aku ikuti tidak serta merta membuat aku lalai dengan kewajibanku yang utama datang ke Bandung. Kuliah. Aku kuliah di FMIPA salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena hobiku Fisika sejak mengenalnya di SMA maka aku melanjutkan kuliah pada Jurusan Fisika. Meski dikenal sebagai aktivis mahasiswa yang penuh dengan agenda rapat dan kegiatan tetapi aku berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan prestasi akademikku di kampus. Alhamdulillah predikat cum laude selalu aku raih pada setiap semester. Beban moral kepada orang tua yang dengan susah payah mencari uang membiayai kuliahku menjadi motivasi terkuat aku untuk tidak santai-santai saat kuliah. Aku memang bukan dari keluarga kaya, bapakku hanya buruh pabrik dengan penghasilan rendah sementara ibu buruh cuci mengambil pakaian di tetangga. Kami tinggal di Jakarta sebelah utara, kawasan padat pemukiman di daerah Tanjung Priuk. Selain kuliah dan sibuk di organisasi mahasiswa, aku juga berdagang. Mulai dari berdagang koran, makanan kecil, pernak-pernik dan lainnya pernah aku lakukan. Semua aku ambil dari orang dan aku hanya menjualnya kembali. Belum sampai pada tahap produksi sendiri. Yang penting bisa menghasilkan uang. Sejak sekolah SMP jiwa berbisnisku sudah ada. Niatku hanya satu yaitu berusaha untuk meringankan beban orang tuaku dalam membiayai kuliahku dan juga  kedua adikku yang masih bersekolah di SMA dan SMP. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Adikku anak kedua namanya Taufik dan Adikku anak ketiga namanya Salamah. Sejak sekolah dulu prestasi belajarku termasuk yang di atas rata-rata. Karena prestasi akademikku yang tergolong diatas rata-rata itulah aku menerima beasiswa PPA (Pengembangan Potensi Akademik) dari kampus. Tidak besar memang dananya, tetapi aku tetap bersyukur telah memperoleh beasiswa tersebut.

Bermalas-malasan dan menyerah begitu saja pada keadaan tidak pernah ada dalam kamus kehidupanku. Kuliah, berbisnis, berorganisasi mahasiswa di kampus sudah menjadi rutinitasku sehari-hari selama beberapa tahun sejak aku mulai kuliah di kampus ini. Krisis moneter tahun 1998 yang terjadi pasca keruntuhan Rezim Suharto semakin membuat keadaan ekonomi negara ini serba susah. Makanya aku tidak bisa hanya bersantai-santai dan bermalas-malasan dalam menjemput rejeki. Aku masih kuliah tingkat tiga. Alhamdulillah, selama menjalani semuanya tidak ada kendala yang berarti. Kuncinya manajemen waktu dan komitmen tinggi serta disiplin dalam hal apapun pada diri sendiri. Di kampus aku terlibat aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika, LDK FMIPA dan BEM FMIPA. Belum lagi organisasi mahasiwa muslim tingkat nasional. Sangat padat memang aktivitasku di organisasi mahasiswa. Sejak SMA saya memang sudah senang berorganisasi, terutama di OSIS dan Rohis. Saat ini posisiku menjabat sebagai ketua BEM FMIPA. Untuk HMJ memang saat ini sudah berganti kepengurusan dan aku tidak terlalu terlibat aktif di dalamnya. Tahun lalu aku menjabat sebagai ketua. Saat ini fungsiku di HMJ hanya sebagai dewan penasihat bagi pengurus sekarang yang notabenenya adalah adik tingkatku di jurusan. Sedang di LDK FMIPA aku sejak awal kuliah masih terlibat aktif sebagai bagian dari keluarga besar LDK FMIPA tetapi tidak terlibat dalam kepengurusan organisasi secara total. Tahun lalu aku menjabat sebagai ketua bidang kaderisasi. Untuk tahun ini totalitas kegiatan organisasi mahasiswaku hanya di BEM FMIPA karena posisiku sebagai ketua. Dengan banyaknya aktivitasku itulah tidaklah heran jika begitu banyak orang yang mengenalku di kampus.

Aku memang dari keluarga kurang mampu. Aku memiliki ponsel karena ini untuk mempermudah semua urusanku. Yang terutama memang untuk kepentingan bisnis dan kegiatan organisasi mahasiswa yang aku jalani. Ponsel masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang di era krisis moneter tahun 1998 seperti sekarang ini. Ponsel kelas rendah yang kumiliki, kuperoleh dari mengumpulkan sisa keuntunganku berdagang. Meski sangat sederhana, keberadaan ponsel ini benar-benar sangat membantuku dalam menjalani semua kegiatan rutinku sehari-hari sebagai mahasiswa.

Karena sms yang dikirim tidak aku balas, maka tiba-tiba Citra kembali meneleponku. Malas aku menjawabnya. Urusannya sudah jelas. Sengaja kudiamkan saja. Beberapa kali dia meneleponku. Dan beberapa kali itu pula telponnya tidak aku jawab. Entah karena kesal atau apa, telepon dia berkali-kali tidak aku jawab akhirnya dia mengirimkan sebuah sms. Marah sepertinya, terlihat dari huruf kapital yang ada di sms-nya dan sms-nya tanpa memakai singkatan. HAI LAKI-LAKI SOMBONG. LO TUH BELAGU BANGED SIY. GUA UDAH TELP BERKALI-KALI GA  LO ANGKAT. KALO LO EMANG GA MAU TERIMA CINTA GUA YA UDAH, MASIH BANYAK LAKI-LAKI YANG LEBIH HEBAT DARI LO. RESE LO. PUNYA MULUT TUH DIPAKE JANGAN CUMA BISANYA DIEM DOANG. BANCI LO!!!

Astaghfirulloh..kok jadi begini urusannya? Dua buah sms yang isinya caci maki terhadap diriku. Benar-benar sangat kasar sekali. Sabar...sabar...sabar. Jangan terbawa emosi, jangan biarkan setan menguasai pikiran dengan membalas cacian dengan cacian kembali. Tidak akan menyelesaikan masalah. Segera aku balas smsnya. Citra yang baik, mohon maaf sebelumnya. Saya memang tidak bisa menerima cintamu karena menurut saya cinta yang kamu ungkapkan semu adanya. Bukan karena Allah SWT semata. Terima kasih atas rasa cinta yang kamu ungkapkan kepada saya. Satu hal yang perlu kamu ketahui, bukannya saya tidak mau menjawab telepon dari kamu. Saya sengaja menghindar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan lebih lanjut. Saya tidak mau memberi peluang kepada setan untuk menggoda iman saya melalui perempuan yang memang belum saatnya menjadi halal bagi saya. Ada sebuah ayat Qur’an yang berbunyi : ‘Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk’ (QS. 17:32). Inilah salah satu prinsip hidup yang saya yakini kebenarannya. Mendekati saja kita dilarang apalagi sampai melakukannya. Berpacaran akan membuka peluang setan menggoda kita untuk bermaksiat kepada Allah SWT karena telah melanggar ayat tersebut. Saya tidak ingin melakukannya. Kalau memang kita berjodoh, saya berharap semoga Allah SWT mempertemukan kita dalam pertemuan yang lebih barokah karena Allah SWT semata dan bukan seperti ini. Dan jika kita tidak berjodoh, seperti kata kamu, semoga kamu mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari saya. Mohon maaf atas semua kejadian ini, semoga kamu mengerti dan hormat saya untuk kamu.

Panjang lebar sms yang aku kirimkan kepadanya untuk menjelaskan semua, sampai 7 buah sms. Tentunya sms tersebut tidak langsung satu kali kirim karena ponsel yang kumiliki ada keterbatasan dalam jumlah karakter ketika mengirimkan sms. Terpotong menjadi beberapa sms. Aku memang salah seorang yang memiliki prinsip tidak mau berpacaran tetapi langsung menikah. Apalagi statusku di kampus merupakan salah satu aktivis mahasiswa penggiat dakwah Islam. Sikapku ini dan sms yang aku kirimkan kepadanya merupakan salah satu bagian dari dakwah. Memang sudah sangat sering aku mendapat kiriman salam dari perempuan-perempuan di kampus melalui teman-temannya. Tidak secara langsung. Biasanya aku hanya tersenyum dan menjawab wa’alaikum salam. Sekedar itu saja. Tetapi kali ini ternyata berbeda. Ada seorang perempuan yang berani mengungkapkan perasaannya kepadaku secara langsung. Jika memang sudah tiba saatnya nanti, aku yakin Allah SWT akan memberikan jodoh terbaik untukku. Ada sebuah ungkapan ‘laki-laki yang baik akan berjodoh dengan perempuan yang baik pula, begitu pula dengan laki-laki pezina akan berjodoh pula dengan perempuan pezina’. Saat ini aku hanya berusaha untuk senantiasa terus menerus memperbaiki kualitas diri agar Allah SWT nantinya akan memberikan jodoh seorang perempuan yang terbaik. Amiin.

Rupanya sms yang aku kirimkan tidak dibalas kembali oleh Citra. Sudahlah, biarkan saja. Yang penting aku sudah berusaha menjelaskan semuanya agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut. Semoga saja dia memahaminya. Citra dengan urusan cinta. The secret admirer. Aya-aya wae..

Senin, 23 Mei 2011

Tidak ada komentar: