Semua orang tidak menyukai polusi. Kebanyakan dari kita memiliki ketertarikan tentang permasalahan lingkungan, hampir setiap orang menginginkan agar ada sesuatu hal yang bisa dilakukannya untuk menyelesaikan hal tersebut, meskipun kecil dan sedikit, tetapi kita tidak begitu yakin apa yang dapat kita lakukan. Faktanya, kita lebih menyukai menambah permasalahan dengan berpikir sederhana bahwa sedikit polusi yang kita lakukan bagaikan seperti memasukkan sesuatu dalam keranjang.
Apa itu Polusi?
Masalah polusi utamanya berasal dari penggunaan lingkungan oleh produsen dan konsumen dengan membuang sisa-sisa kegiatan. Kita penuhi lingkungan dengan kaleng, kertas dan sisa residu lainnya dari kegiatan konsumsi dan produksi sehingga mencemari lingkungan. Kita buang emisi dari kendaraan bermotor dan pabrik ke atmosfir sehingga mencemari udara. Kita membuang kotoran dan residu dari produksi baik secara langsung atau tidak ke saluran air, sungai maupun danau sehingga mencemari air.
Segala sisa-sisa dari kegiatan produksi dan konsumsi yang dibuang ke lingkungan sebenarnya secara alami mengalami proses daur ulang. Proses daur ulang adalah mengubah sisa-sisa kegiatan menjadi bahan baku yang dapat digunakan kembali. Hal ini tentunya membutuhkan durasi waktu yang berbeda-beda pada tiap-tiap proses daur ulang yang terjadi. Misalnya hewan menggunakan oksigen (O2) dan menghasilkan sisa karbon dioksida (CO2). Di lain pihak tumbuhan menggunakan karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2).
Ketika proses ini terganggu, misalnya dengan meningkatnya sisa-sisa dari kegiatan produksi dan komsumsi yang sangat banyak sehingga tidak selesai didaur ulang atau proses daur ulang tidak terjadi secara cepat bahkan sama sekali tidak terjadi daur ulang maka hal ini akan memunculkan polusi. Hal ini karena kapasitas/daya dukung lingkungan tidak sanggup menampung sisa-sisa kegiatan yang mengalami kegagalan proses daur ulang tersebut.
Bentuk Polusi
Polusi udara, emisi gas berbahaya dari kegiatan industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dll : karbon monoksida, karbon dioksida (CO2), sulfur oksida, nitrogen oksida, hidro karbon, chlorofluorocarbon (CFC), metan, asam nitrat, dll à efek gas rumah kaca, global warming dan climate change
Polusi air, sisa pembuangan kegiatan industri berupa limbah beracun (mercury, dll), penggunaan air untuk pendinginan (penstabilan suhu) peralatan industri, laut digunakan tempat pembuangan sisa nuklir, bawah laut digunakan uji coba ledak nuklir à berkurangnya kadar oksigen dalam air, mengancam kehidupan hayati dalam air
Polusi tanah, sisa kegiatan penggalian pertambangan yang kemudian dibuang menutupi permukaan tanah, sisa sampah industri dan rumah tangga yang dikumpul dan terakumulasi menjadi sangat banyak (tempat pembuangan sampah) à alih fungsi tata guna lahan
Polusi udara, emisi gas berbahaya dari kegiatan industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dll : karbon monoksida, karbon dioksida (CO2), sulfur oksida, nitrogen oksida, hidro karbon, chlorofluorocarbon (CFC), metan, asam nitrat, dll à efek gas rumah kaca, global warming dan climate change
Polusi air, sisa pembuangan kegiatan industri berupa limbah beracun (mercury, dll), penggunaan air untuk pendinginan (penstabilan suhu) peralatan industri, laut digunakan tempat pembuangan sisa nuklir, bawah laut digunakan uji coba ledak nuklir à berkurangnya kadar oksigen dalam air, mengancam kehidupan hayati dalam air
Polusi tanah, sisa kegiatan penggalian pertambangan yang kemudian dibuang menutupi permukaan tanah, sisa sampah industri dan rumah tangga yang dikumpul dan terakumulasi menjadi sangat banyak (tempat pembuangan sampah) à alih fungsi tata guna lahan
Tinjauan Ekonomi pada Polusi
Polusi muncul karena faktanya tidak seorang pun memiliki hak kepemilikan terhadap lingkungan yang terkena polusi dan karakteristik dikonsumsinya secara bersama-sama lingkungan yang terkena polusi. Oleh karenanya tidak ada biaya yang dikenakan karena seseorang melakukan pencemaran lingkungan dengan membuang sisa-sisa kegiatannya.
Pada proses polusi terhadap lingkungan, pengotor (polluter) seringkali membebankan/mencurahkan biaya kepada pihak lain sehingga memunculkan ekternalitas negatif. Biaya yang dibebankan ke pihak lain harus dikeluarkan secara lebih besar pada saat memanfaatkan lingkungan yang terkena polusi untuk membuatnya layak pakai ketimbang lingkungan itu bebas polusi. Sehingga muncul in-efisiensi dan mis-alokasi pemanfaatan sumber daya dan lingkungan. Dilain pihak, selain hal-hal tersebut di atas, ternyata dan tidak dapat kita pungkiri bahwa kegiatan polusi yang bersumber dari kegiatan produksi telah menimbulkan benefit atau ekternalitas positif berupa sebuah peradaban atau civilization. Kita mengenal bahkan menggunakan misalnya saja sarana komunikasi, sarana transportasi, dan lain-lain.
Biaya Mengontrol Polusi
Pengontrolan polusi juga membutuhkan biaya karena harus ada sumber daya baik tenaga kerja maupun modal yang disediakan khusus untuk membuat dan mengoperasikan peralatan anti polusi pada sebuah pabrik. Jadi, nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan haruslah sudah mempertimbangkan biaya aktifitas pengontrolan polusi yang dilakukan.
Keuntungan Mengontrol Polusi
Keuntungan dari mengontrol polusi terdiri dari peningkatan kondisi kesehatan anggota masyarakat sebagai hasil dari aktifitas pengontrolan polusi tersebut.
Tingkatan yang Sesuai dalam Mengontrol Polusi
Masyarakat harus memilih antara tingkatan penggunaan sumber daya dalam memproduksi barang dan jasa dengan tingkat kebersihan dari lingkungannya. Jika masyarakat telah mengalami tingkat polusi yang tinggi maka mereka akan bersedia untuk mengorbankan beberapa kuantitas dari barang dan jasa yang diproduksi untuk mendapatkan beberapa tingkatan pengontrolan polusi. Jadi tingkatan yang tepat untuk mengontrol polusi ditentukan dengan menimbang keuntungan dan biaya yang harus dikeluarkan. Jika keuntungan dari pengontrolan polusi yang kemudian dirasakan masyarakat ternyata jauh melampaui biaya yang dikeluarkan maka aktifitas pengontrolan polusi seharusnya ditingkatkan.
Apa Yang Dapat Dilakukan Terhadap Polusi
a. Kontrol Langsung
Cara yang sederhana untuk mengontrol polusi adalah melalui pemerintah dengan melarang setiap aktifitas polusi. Jika fosfat mencemari air maka larang penggunaan fosfat pada setiap sabun cuci. Jika DDT mencemari air dan tanah maka larang penggunaan DDT, dst. Metode ini seperti yang dilakukan di Amerika melalui agen pemerintah Environmental Protection Agencies (EPA) yang bertugas mengontrol langsung untuk mengurangi berbagai aktifitas polusi.
Ada tiga masalah yang timbul dengan cara / metode kontrol langsung ini, yaitu kontrol langsung seolah telah menduga sebelumnya bahwa badan pembuat aturan telah dapat menentukan secara ekonomis seberapa jauh tingkat polusi yang diinginkan. Masalah kedua adalah kesulitan yang dihadapi pembuat aturan dalam mencapai alokasi efisien dari polusi yang diizinkan dari setiap pelaku polusi. Masalah ketiga adalah memaksa standar emisi ketika sudah ditentukan seperti apa standar itu seharusnya.
b. Kontrol Tidak Langsung
Sangat dimungkinkan bagi pemerintah untuk mengontrol berbagai jenis polusi dengan penerapkan pajak pada setiap aktifitas polusi. Hal ini akan membujuk para pelaku polusi untuk mengurangi jumlah polusi dibuat. Hal ini akan dilakukan apabila jumlah pajak yang diterapkan melampaui biaya marjinal dari membersihkan dampak polusi yang dibuat.
c. Hak Kepemilikan Individu
Polusi yang dilakukan dapat dikontrol dengan menjual hak atau menetapkan apa yang menjadi objek polusi (misalnya sungai) pada hak kepemilikan individu kemudian mengizinkan mereka menjual hak polusi pada pihak yang mungkin menjadi pelaku polusi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar